What Is Affective Example?
ABSTRAK Pemberdayaan kecakapan hidup abad ke-21, keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi dapat dikembangkan dengan menerapkan Problem-based Learning. Penerapan problem-based learning, pembelajaran dipicu berdasarkan permasalahan yang menuntut mahasiswa berpikir tingkat tinggi, berkolaborasi dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Problem-based learning diterapkan pada mata kuliah Fisiologi Tumbuhan materi fotosintesis. Penelitian dilakukan di semester gasal tahun akademik 2021/2022 di Universitas Negeri Malang. Tujuan penelitian ini yakni menganalisis keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi melalui Problem-based Learning. Metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif, penentuan sampel random sampling yakni sejumlah 59 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis mahasiswa dalam kategori sedang yakni dengan persentase 68,75% sedangkan keterampilan kolaborasi berada pada kategori baik dengan persentase 75%. Indikator keterampilan berpikir kritis, mahasiswa sudah mampu menerapkan dan menggunakan data dalam mengembangkan wawasan namun mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam menganalisis dan mensintesis untuk menyelesaikan permasalahan yang disajikan. Sedangkan untuk kolaborasi, mahasiswa sudah menunjukkan rasa tanggung jawab bersama, bekerja secara produktif, berkompromi, dan menunjukkan rasa hormat. Kata kunci: Problem-based Learning, Keterampilan Berpikir Kritis, Keterampilan Kolaborasi PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu faktor penting yang berperan menentukan kemajuan suatu bangsa. Potensi peserta didik meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Hoque, 2016). Pengembangan potensi peserta didik tidak terlepas dari proses pembelajaran, pembelajaran yang baik tidak sebatas menyampaikan materi tetapi memerlukan cara intensif (Nugroho & Selfiardy, 2021) dalam menumbuh kembangkan kesadaran belajar dan kecakapan berpikir. Hal tersebut dapat diberdayakan dengan pembelajaran dengan mengembangkan kecakapan hidup abad ke-21 (Corebima, 2016). Abad ke-21 pendidikan di Indonesia dihadapkan pada era pengetahuan, persaingan global, teknologi yang membutuhkan keterampilan berpikir (Zaini et al., 2018) sebagai tuntutan mahasiswa agar dapat memanfaatkan teknologi sebagai sumber informasi, sarana komunikasi, dan kolaborasi dalam pembelajaran (Turiman et al., 2012). Sumber daya manusia abad ke-21 harus memiliki kompetensi, kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam konteks menyelesaikan permasalahan (Astriani et al., 2017; Nuryanti et al., 2018) sehingga mahasiswa lebih siap dalam menghadapi tantangan global. Keterampilan berpikir kritis adalah salah satu keterampilan yang perlu dikembangkan pada siswa abad ke-21. Berpikir kritis merupakan salah satu berpikir tingkat tinggi (Munawwarah et al., 2020), melibatkan pemikiran logis dan rasional (Noviani et al., 2017), menganalisis, mengambil keputusan, merencanakan strategi (Luzyawati et al., 2018) dengan menerapkan proses ilmiah agar masalah dapat terselesaikan (Zulfaneti et al., 2018). Selain itu keterampilan lain yang penting diberdayakan yaitu keterampilan kolaborasi. Keterampilan kolaborasi sebagai aspek penting dalam lifelong learning pada kehidupan yang akan datang, seseorang membutuhkan komunikasi mengemukakan pikiran dan kerjasama tim dalam belajar (Hayat et al., 2019), melatih karakter bersosialisasi (Amran et al., 2019) dan mencegah kehidupan individualitis. Meskipun masa pandemi
You've heard it before, but that doesn't mean it was engrained in your mind. Effective communication is the key to everything we accomplish in our professional and personal lives! What is your favorite example of "how not to communicate"? https://t.co/5
— Aaron Gose (@SteamPoweredDM) Sep 21, 2021